. “Membaca buku [ini] mengasyikkan untuk saya. Lancar dan mengalir, seperti membaca ceritera. Story-telling, begitulah gayanya. [P. Swantoro], benar-benar seorang sejarawan, yang cermat terhadap sumber. Setiap kali muncul suatu peristiwa atau komentar bukan saja disebutkan oleh siapa, tetapi juga sekaligus dalam penerbitan apa, siapa pengarangnya, siapa penerbitnya, tahun penerbitan, dan halaman berapa. -Jakob Oetama, Pemimpin Umum Harian Kompas Karya ini bukan sekedar kisah seorang bibliofi li seperti Philobiblon karya Richard de Bury, uskup Durban, yang terbit pada 1473, tetapi terlebih merupakan lantunan kegirangan bekerja, semangat, dan gairah hidup sang pencerita berkat pesona buku. Memang, bukan tanpa alasan kalau karya ini diberi judul Dari Buku ke Buku Sambung Menyambung Menjadi Satu. Bukan lagi buku per buku yang penting, melainkan perasaan, kesadaran, dan pengertian baru yang lebih kuat tentang kehidupan, yang disumbangkan oleh seluruh buku. Tidak kurang daripada 200 buku diceritakan di sini dengan cara yang demikian rupa sehingga tampil seolah-olah pribadi yang hidup: bagaimana buku lahir, berkembang, bergerak dan menggerakkan sang pencerita dalam kegiatannya sehari-hari. Di latar-belakang masih tersembunyi sekitar tiga-ribuan buku lain milik pribadi sang pencerita yang memancarkan pengaruhnya, kendati tidak bisa dapat tempat lagi untuk diceritakan. Sang pencerita hendak memindahkan sebagian buku itu ke museum khusus di daerah tempat lahirnya, Yogyakarta, dan sebagian lagi di rumahnya, dengan harapan akan dimanfaatkan oleh umum. Lewat karyanya ini ia terlebih dulu ingin bercerita kepada cucu-cucunya, dan dengan itu kepada generasi mereka.
Buku Dari Buku Ke Buku
Rp85.500 Rp95.000

Penulis: P. Swantoro
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Jenis Buku: Non-Fiksi
Tahun Terbit: 2016
Jumlah Halaman: 461
Bahasa: Indonesia
_
“Membaca buku [ini] mengasyikkan untuk saya. Lancar dan mengalir
seperti membaca ceritera. Story-telling, begitulah gayanya. [P. Swantoro]
benar-benar seorang sejarawan, yang cermat terhadap sumber. Setiap kali
muncul suatu peristiwa atau komentar bukan saja disebutkan oleh siapa,
tetapi juga sekaligus dalam penerbitan apa, siapa pengarangnya, siapa
penerbitnya, tahun penerbitan, dan halaman berapa.
-Jakob Oetama,
Pemimpin Umum Harian Kompas
Karya ini bukan sekedar kisah seorang bibliofi li seperti Philobiblon
karya Richard de Bury, uskup Durban, yang terbit pada 1473, tetapi terlebih
merupakan lantunan kegirangan bekerja, semangat, dan gairah hidup sang
pencerita berkat pesona buku. Memang, bukan tanpa alasan kalau karya ini
diberi judul Dari Buku ke Buku Sambung Menyambung Menjadi Satu. Bukan
lagi buku per buku yang penting, melainkan perasaan, kesadaran, dan
pengertian baru yang lebih kuat tentang kehidupan, yang disumbangkan
oleh seluruh buku.
Tidak kurang daripada 200 buku diceritakan di sini dengan cara yang
demikian rupa sehingga tampil seolah-olah pribadi yang hidup: bagaimana
buku lahir, berkembang, bergerak dan menggerakkan sang pencerita dalam
kegiatannya sehari-hari. Di latar-belakang masih tersembunyi sekitar
tiga-ribuan buku lain milik pribadi sang pencerita yang memancarkan
pengaruhnya, kendati tidak bisa dapat tempat lagi untuk diceritakan. Sang
pencerita hendak memindahkan sebagian buku itu ke museum khusus
di daerah tempat lahirnya, Yogyakarta, dan sebagian lagi di rumahnya,
dengan harapan akan dimanfaatkan oleh umum. Lewat karyanya ini ia
terlebih dulu ingin bercerita kepada cucu-cucunya, dan dengan itu kepada
generasi mereka.
_
Kondisi Buku: Baru
_
Harga: Rp85.500,- (potongan 10% dari Rp95.000,-)
Add to cart
Buy Now
Customer reviews
Reviews
There are no reviews yet.
Write a customer review